
Penerapan pendidikan karakter tidak boleh hanya sekadar wacana yang di dalamnya memuat beribu-ribu perintah yang harus dipatuhi oleh anak, namun lebih kepada pemberian contoh (tuladha) dalam penerapannya. Karena respon anak bermacam-macam, guru harus memiliki kreatifitas dan jalan keluar dalam menangani masing-masing anak yang bermacam-macam karakternya. Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara yang oertama yang berbunyi ing ngarsa sung tuladha. Yang artinya di depan memberikan contoh yang baik. Guru sebagai pemberi contoh harus memiliki kompetensi dan keprofesionalan yang cukup untuk dijadikan sebagai contoh bagi siswanya.
Pembiasaan dalam membaca surat yasin secara klasikal, dibentuk untuk menciptakan lingkungan yang penuh dengan unsur keagamaan, unsur religius. Pendidikan menjadi sasaran utama dalam mengimplementasikan akhlak yang baik serta karakter-karakter yang luhur. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang keutamaan pendidikan akhlak, salah satu hadist tersebut .


